- Mudika St. Michael
- Semin, Yogyakarta, Indonesia
- OMK Wilayah St Michael Semin, Paroki St Petrus & Paulus Kelor, Yogyakarta.
Terang Paskah Untuk Kedamaian Bangsa
Minggu, April 24, 2011 |
Diposting oleh
Mudika St. Michael
Semarang. Di dalam sebuah pesantren, seorang kyai bertanya kepada para santrinya kapan matahari terbit. Satu persatu jawaban dilontarkan oleh para santri yang dinilai sang kyai masih belum tepat. Mulai dari matahari terbit di pagi hari hingga saat mendengar azan untuk shalat subuh, semua jawaban yang kata pak kyai belum benar. Menurut dia, matahari terbit justru ketika hati kita penuh dengan kasih dan ketika mata bisa melihat saudara-saudari kita, sesama tanpa pandang bulu apa suku, agama dan ras. Ketika itulah matahari telah terbit dan menyinari hati kita.
Kisah ini merupakan mimpi Uskup Agung Semarang, Mgr Johannes Pujasumarta yang disampaikan kepada selurut umat saat homili Minggu Paskah untuk anak dan keluarga di Gereja St Petrus Sambiroto Jalan Arum Sari Semarang, Minggu (24/4). Ekaristi pada Minggu Paskah kali ini memang spesial karena kedatangan romo uskup dan ratusan anak-anak turut diberkati secara langsung setelah misa berakhir.
Uskup berpesan kepada keluarga untuk mengikuti perjamuan Ekaristi bersama dengan anak-anak dan antargenerasi agar sejak dini anak diajarkan untuk mewarisi nilai-nilai gereja Katolik. Bahkan sejak dari kandungan pun, anak sudah bisa menerima nilai yang ditanamkan orangtua.
''Anak itu seperti alat perekam yang sungguh peka mudah untuk merekam hal baik dan buruk yang ditanamkan orangtuanya. Selalu saja katakan You are My Sunshine kepada anak, suami kepada istri dan sebaliknya betapa kita mengasihi mereka,'' ujar Romo uskup.
Upacara Cahaya
Sebelumnya, pada Sabtu (23/4) malam Paskah, ribuan umat Kristiani sudah memadati sejumlah gereja untuk mengikuti perayaan Paskah yang juga diwarnai dengan upacara cahaya sebagai tradisi umat Katolik. Di Gereja Hati Kudus Yesus Tanah Mas Semarang. Sedikitnya 1.300-an umat Kristiani mengikuti upacara cahaya yang merupakan wujud kenangan cahaya Kristus yang bangkit dari alam maut.
Kali ini penyalaan lilin ditujukan demi terwujudnya kedamaian untuk bangsa mengingat situasi bangsa Indonesia belakangan masih diselimuti dengan kegelapan. Pastur paroki Romo Aloysius Budi Purnomo Pr mengungkapkan, berbagai kejadian kekerasan yang terjadi menjadikan bangsa ini berada di lingkaran kegelapan.
''Ini menjadi sebuah keprihatinan karena kekerasan terus dilakukan termasuk juga situasi sosial dan politik yang terjadi. Terang dari lilin Paskah untuk perdamaian ini nantinya semoga bisa memberikan terang kepada situasi kegelapan yang dialami bangsa,'' jelas Romo Budi.
Sementara itu, upacara cahaya juga mengawali perayaan Malam Paska di Gereja Katedral Randusari yang dipimpin Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Pujasumarta. Misa yang dimulai pukul 18.00 WIB ini dipenuhi dengan ribuan umat yang meluber hingga ke samping kanan kiri dan halaman depan gereja.
Menurut romo uskup, ia ingat dengan peringatan seorang yang arif yang mengatakan untuk berhati-hati karena kekuasaan itu cenderung korup dan kekuasaan mutlak bisa merusak para pelaku. Inilah kekuasaan yang bisa disalah artikan dan disalahgunakan.
Sebab di tangan orang-orang bodoh, kekuasaan bisa bergeser dan berubah menjadi kekerasan dan hal itu sudah menjadi masalah sejak dulu hingga sekarang. ''Dalam sejarah keselamatan ditemukan berkali-kali bahwa kekuasaan Allah yang memberikan kehidupan tetap bisa memulihkan lagi perjanjian yang diberikan kepada manusia. Ketika keutuhan ciptaan diremuk oleh dosa-dosa manusia, Allah memulihkannya,'' lanjut Mgr Pujasumarta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar