- Mudika St. Michael
- Semin, Yogyakarta, Indonesia
- OMK Wilayah St Michael Semin, Paroki St Petrus & Paulus Kelor, Yogyakarta.
The bridgemaster and his son
Jumat, April 15, 2011 |
Diposting oleh
Mudika St. Michael
Sebuah cerita tentang seorang ayah yang sangat menyayangi anaknya. Dia bekerja sebagai Bridgemaster (Penjaga jembatan rel kereta api). Sehari-hari dalam pekerjaannya, anaknya selalu menemaninya. Anaknya sangat senang melihat kereta, begitu juga dengan orang-orang yang berada didalamnya, orang-orang yang kesepian, pemarah, egois, sakit dan kecanduan.
Pada suatu hari, ayah tersebut mendapat perintah untuk mengangkat jembatan guna memberi jalan sebuah kapal yang melewati sungai di bawah jembatan. Kemudian dia mendorong tuas untuk mengangkat jembatan tersebut. Jembatan terangkat perlahan dan kapal itu pun lewat di bawahnya.
Sementara sebuah kereta yang melaju kencang dan dipenuhi ratusan penumpang terlihat dari kejauhan. Sang anak melihat hal itu dan mengetahui kereta tersebut akan menabrak jembatan jika jembatan tidak segera diturunkan. Kemudian, dia melihat kearah pos kerja ayahnya dan memanggil-manggil ayahnya. Tetapi, ayahnya tidak berada di posnya. Anak itu tanpa pikir panjang, segera berlari kearah panel kontrol yang berada diruang mekanik jembatan. Dia kemudian membuka pintu palka dan berusaha mendorong tuas dari atas untuk menurunkan jembatan rel kereta.
Tak lama, ayahnya kembali ke pos hendak menurunkan jembatan yang ternyata telah menyadari kedatangan kereta tersebut dan memandang keluar untuk melihat anaknya. Dia heran melihat anaknya tidak berada ditempat bermainnya dan berusaha mencari keberadaannya sedangkan kereta sudah mendekat. Ketika melihat kearah jembatan, dia melihat anaknya terjatuh ke dalam ruang mekanik jembatan ketika hendak mendorong tuas pengendali. Sang ayah kaget seketika dan berteriak-teriak memanggil anaknya, sedangkan kereta melaju mendekati jembatan. Dia menyadari kalau ia menurunkan jembatan, anaknya akan hancur terjepit oleh jembatan itu. Pria itu serba salah, bingung dengan situasinya, dihadapkan pada pilihan yang serba sulit. Dia terus memanggil anaknya tapi tak kuasa meninggalkan posnya sedangkan kereta sudah mendekat dalam hitungan detik. Dia harus segera mengambil keputusan yang sangat berat, akankah dia membiarkan orang orang didalam kereta mati atau menarik tuas dan membiarkan anaknya terjepit oleh jembatan? Sang ayah sangat frustasi dengan kondisi yang dihadapinya.
Ia merelakan anaknya, demi keselamatan semua orang dalam kereta, meskipun hal itu tidak diinginkannya, mengorbankan anaknya yang terkasih.
Keselamatan dari semua diperlukan pengorbanan yang paling terkasih.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3 : 16
adm/heribertussp
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar