- Mudika St. Michael
- Semin, Yogyakarta, Indonesia
- OMK Wilayah St Michael Semin, Paroki St Petrus & Paulus Kelor, Yogyakarta.
BEATIFIKASI YOHANES PAULUS II
Selasa, Mei 10, 2011 |
Diposting oleh
Mudika St. Michael
Minggu, 1 Mei 2011, Hari Raya Kerahiman Ilahi, dihadapan sekitar 1 juta orang umat Katolik dan non-Kristiani, antara pukul 10.00-10.30 waktu Italia, Bapa Suci Benediktus XVI menyambut kerinduan dan permohonan dari Vikar General Tahta Suci untuk Keuskupan Roma dan seluruh umat dari Gereja Katolik untuk mengakui berdasarkan Otoritas Gereja Katolik dan memproklamasikan Venerabile Yohanes Paulus II sebagai BEATO (Yang Diberkati). Hari itu, Venerabile Yohanes Paulus II masuk ke dalam Persekutuan Orang Kudus dan Diberkati. Pesta Perayaannya ditetapkan oleh Gereja Katolik setiap tanggal 22 Oktober.
Sesaat setelah Bapa Suci mengumumkan pengakuan Gereja atas kesucian paus dari Polandia itu, pada bagian atas tengah dari Basilika Santo Petrus dilepaskan kain putih yang sebelumnya menutupi foto besar Yohanes Paulus II yang diambil pada tahun 1995. Setelah itu, Suster Marie Simon Pierre yang menerima Rahmat Kesembuhan dari Allah berkat perantaraan Yohanes Paulus II dan Suster Tobiana membawa ke hadapan Paus Benediktus sebuah ampul yang berisikan darah Beato yang amat dikasihi umat itu. Bapa Suci menerimakan ampul suci itu dan menciumnya.
Bapa Suci dalam Homilinya, mengingat penyebab utama dari masa kepausan Beato baru, yang diungkapkannya dengan penuh semangat dan gembira dalam Misa Kudusnya yang pertama di Lapangan Santo Petrus: "Jangan takut. Bukalah semua pintu bagi Kristus!". Paus juga mengatakan bahwa hari ini adalah hari pertama bulan Mei, yaitu bulan Maria; dan juga adalah peringatan Santo Yoseph pekerja. "Elemen-elemen ini memperkaya doa kita, membantu kita yang masih dalam peziarahan duniawi; sementara di Surga, sungguh berbeda, hari ini adalah pesta diantara para Malaikat dan Orang-orang Kudus! Namun demikian, hanya satu Allah, dan dia adalah Kristus Tuhan, yang bagaikan sebuah jembatan menghubungkan Langit dan bumi, dan kita saat ini merasa lebih dekat lagi, hampir terasa ikut serta di dalam Liturgi Abadi."
Sri Paus juga mengingat pengalaman pribadinya bekerja selama 23 tahun bagi Beato Yohanes Paulus II, saat dia diangkat menjadi Kepala Kongregasi Bagi Doktrin Iman. "Pelayanan saya telah didukung oleh semangatnya yang dalam, oleh kekayaan intuisinya." Paus melanjutkan, "Pribadinya yang sangat sederhana, mengakar dalam persatuan dengan Kristus, membuatnya mampu melanjutkan dan memimpin Gereja dan memberikan kepada dunia sebuah pesan yang lebih tepat lagi terlebih pada saat kondisi fisiknya menurun. Demikian, dia telah merealisasikan dengan cara yang luar biasa panggilan dari semua Imam dan Uskup: menjadi satu semuanya dengan Yesus, yang setiap hari menerima dan memberikan di dalam Ekaristi."
Paus Benediktus XVI kemudian menutup homili dengan berkata," Terberkatilah engkau, Paus Yohanes Paulus II tercinta, karena engkau telah percaya! Teruslah - kami mohon kepadamu - mendukung dari Surga, iman dari Umat Allah. Sering kali engkau memberkati kami di lapangan ini....Hari ini kami mohon kepadamu: Bapa Suci, berkatilah kami! Amen."
Sementara itu, di pagi hari saat menunggu beatifikasi, peti Yohanes Paulus II telah di pindahkan dari Grotta Vatikan menuju bagian dalam Basilika dan ditempatkan di hadapan Altar pusat, yang dinamakan Altar "Pengakuan". Demikianlah, setelah upacara beatifikasi selesai, Paus dan para Kardinal menjadi yang pertama, lalu disusul para delegasi resmi, dan akhirnya barisan umat yang menyerupai ular, berbaris dan melakukan adorasi di hadapan peti. Saat adorasi selesai nanti, peti tersebut akan di bawa ke tempat semayamannya yang pasti yaitu di dalam kapel Santo Sebastianus, dekat dengan patung Pietà di Micheangelo.
Menanggapi keinginan umat Allah agar Yohanes Paulus II dikanoniasi sebagai Santo (Orang Kudus), Kardinal Angelo Amato, kepala dari Kongregasi Penyebab Orang Kudus, meyakinkan bahwa dia sedang bekerja dengan "kecepatan" yang sama sehingga tahap akhir ini dapat terealisasi. Sudah banyak laporan-laporan mukjizat masuk ke Vatikan dari seluruh dunia, sehingga seharusnya tidak sulit untuk memberikan pengakuan atas mukjizat kedua yang terjadi berkat perantaraan Paus asal Polandia itu.
Oleh: Shirley Hadisandjaja Mandelli
adm/heribertussp
Ikhlas Itu Indah
Selasa, April 26, 2011 |
Diposting oleh
Mudika St. Michael
Pagi itu hujan rintik-rintik membasahi bumi, udara berhembus terasa segar. Seorang pemuda telah selesai mengikuti misa di sebuah Gereja yang letaknya sangat terpencil. Pandangannya menyapu ke arah halaman Gereja, tidak jauh darinya ada seorang perempuan tua yang duduk ditengah lapangan menarik perhatiannya. Tiba-tiba sebuah tas kecil dari tempat nenek itu terbang tertiup angin kencang. Segera pemuda itu memperhatikan teriakan nenek itu minta tolong, ingin tasnya diambilkan.
Merasa terpanggil pemuda itu segera berlari mengejar tas kecil, terlihat tas itu telah melesat jauh, dia berlari dengan terengah-engah kelelahan. Berlarilah pemuda itu sekuat tenaga dan tas kecil itu berhasil juga dipegangnya. Nampak keringat bercucuran, dengan hati penuh kebahagiaan dia berlari kecil mengantarkan tas kecil. Terlintas didalam hatinya lelah yang dirasakan tentunya akan disambut dengan senyuman dan ucapan terima kasih sang nenek sudah cukup sebagai balasan atas kebaikan yang telah dilakukannya.
Namun diluar didugaannya, sang nenek segera merebut tas kecil itu dan membalikkan tubuhnya dengan wajah yang cemberut, sepintas seperti marah. Pemuda terkejut bukan main. Jangankan senyuman dan ucapan terima kasih, wajah ramahpun tidak terlihat. Pemuda itu kebingungan. ‘Apa dosaku ya?’ ucapnya lirih. Dia tak bisa bergerak, malu, kesal, kecewa tercampur aduk.
Berkali-kali pemuda itu terbengong, siang itu dirinya menemukan pelajaran yaitu makna ikhlas. Ya tentang keikhlasan. Keikhlasan berarti tidak pernah berharap apapun, bahkan balasan walaupun berupa senyuman dari yang kita perbuat. Lakukanlah segala perbuatan baik semata-mata karena Tuhan. Itulah yang disebut dengan ikhlas. Pagi itu dihalaman Gereja, pemuda itu mendapatkan pelajaran bahwa ikhlas itu indah......
adm/ariwidianto
adm/ariwidianto
Kacamata Hati
Senin, April 25, 2011 |
Diposting oleh
Mudika St. Michael
Mbah kirun berkata dalam sebuah perjumpaan singkat dengan kang parmin di warung hek-nya kang sudar” min...urip kui ora mesti, ojo dumeh lagi ketiban pulung njur sewiyah-wiyah karo wong cilik tur asor wal kere hore munggah bale”!. Dengan nada sopran dan sedikit muntab mbah kirun berteriak “ wong yen urung ngunduh wohing pakarti yo koyo wujudmu kui!”.
Lha dalah, beberapa orang terkejut seketika melihat orang yang dikenalnya begitu sabar seperti mbah kirun ,bisa emosi juga ternyata...hehe...okelah kata pepatah “orang sabar ada batasnya”,itulah yang jadi argumennya mbah kirun dalam mempertahankan desertasinya di angkringan waktu itu. Lha yo wajar mbah kirun muntab,lha wong mbah kirun di unekke wong tuwo mambu lemah,wes siap mujur mlumah,we kok kemaki poolll.jiwa muda mbah kirun sontak meledak, untung saja kang parmin tidak di ajak duel, lha yen sido duel embuh dadi opo mbah kirun.
Singkat cerita saja ,mengenai profil kang parmin, yang mendadak jadi kaya raya sugih mbleguduk karena baru saja dapat harta gono-gini dari sang istri,yang notabene adalah mantan penyanyi ndangdut yang sudah kondang kaloka alias famous (saya pinjam lagi istilahnya kang slamet), parmin memiliki watak yang buruk,perangainya sombong,dan suka meremehkan orang lain,singkatnya tidak ada rasa rendah hati sedikitpun dalam kamus hidupnya. Lha yo maklum wong sekarang dia jadi sugih bondho donya sedesanya. Bertolak belakang dengan keadaannya 20 tahun yang lalu,sebelum jadi kaya raya seperti sekarang, parmin kecil tumbuh dari keluarga yang serba kekurangan,bapaknya yang tukang sol sepatu keliling harus berusaha memenuhi kebutuhan empat orang anaknya,sampai megap-megap di rewangi njungkel njempalik membanting tulang,bapaknya bekerja. Harapan bapaknya sungguh luar biasa,biarpun bapaknya tukang sol sepatu, tetapi anak-anaknya harus lebih tinggi derajatnya dari bapaknya. suatu hari ketika bapaknya pulang dari kantor sol sepatunya..hehehe...(PT.ADUNDAS), beliau berkata dengan suara yang hampir pedot “ le pokoke sesok yen kwe wes dadi uwong ,ojo lali karo sopo siro asalmu” ojo keblinger karo silaping ndonya” iki kabeh ora langgeng,mulo sing podho eling lan waspodo yo ngger”. Begitu kira-kira pesan ayah parmin waktu itu.
Barangkali waktu itu hanya omong kosong saja bagi parmin,nasehat seringkali tidak begitu penting, daripada menuruti nafsu dumeh lagi sugih, pengen umuk,pengen di hormati,merasa paling pintar,paling terhormat,pengen di segani,dan pengen di umbul-umbulke..koyo layangan..
Poro kadang kinasih ing gusti,seringkali dalam kehidupan kita mengalami hal-hal semacam ini. Tak jarang kita menemui orang-orang unik seperti parmin di lingkungan kita. Terkadang mereka membatasi pergaulan,dengan alasan jaga image,karena dia adalah pengusaha sukses, bisnismen handal, mempunyai daya intelektual yang tinggi, mempunyai otoritas di lingkungan tempat tinggalnya, lulusan sarjana (kumlaut kata kang slamet),mereka takut harga diri mereka jatuh karena bergaul dengan orang lain yang derajatnya tidak sepadan dengan mereka. Orang yang membatasi berinteraksi dengan orang lain yang di anggapnya lebih rendah derajatnya adalah orang-orang yang congkak binti sombong,(lha wong selektip kok...yo cah...) Orang-orang seperti ini sepatutnya kita kasihani, dalam ajaran agama manapun saya yakin ada ajaran tepo sliro. Hormat menghormati antar sesama makhluk ciptaan Allah, karena pada hakikatnya kita adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam ajaran Katholik, saya di ajarkan bagaimana saya harus menanamkan rasa cinta kasih dalam kehidupan saya sehari-hari.saya di ajarkan bagaimana saya harus senantiasa memiliki rasa rendah hati terhadap siapapun, baik teman,maupun musuh sekalipun.
Orang yang tidak mengenal diri sendiri sangatlah susah untuk bersikap rendah hati. Bahkan tidak pernah mengenal apa yang namanya “rendah hati”. Yang ada dan dikenal hanyalah kesombongan, dan mengagungkan diri sendiri.
Berikut adalah beberapa tips supaya kita dapat belajar mengenal diri sendiri dan untuk selanjutnya dapat bersikap rendah hati: selamat mencoba Gratissss!!!
1. Berbicaralah sedikit mungkin tentang diri sendiri
2. Uruslah persoalan-persoalan pribadi
3. Hindari rasa ingin tahu urusan orang lain
4. Jangan campuri urusan orang lain
5. Terimalah pertentangan dengan kegembiraan
6. Jangan memusatkan perhatian pada kesalahan orang lain
7. Terimalah hinaan dan caci maki
8. Terimalah perasaan tak diperhatikan,dilupakan, dan dipandang rendah
9. Mengalah terhadap kehendak orang lain
10. Terimalah celaan walau anda tidak layak menerimanya
11. Bersikap sopan dan peka,sekalipun seseorang memancing amarah anda
12. Jangan mencoba agar dikagumi dan dicintai
13. Bersikap mengalah dalam perbedaan pendapat walau anda benar
14. Pilihlah selalu yang tersulit
“Mengenal diri sendiri membuat kita berlutut dengan rendah hati”Bunda Teresa
Sampai jumpa pada artikel berikutnya yaaaa......... Tuhan sertamu......
adm/matheusandhy
adm/matheusandhy
Simbol-simbol Paskah dan Maknanya
Minggu, April 24, 2011 |
Diposting oleh
Mudika St. Michael
ANAK DOMBA PASKAH
Di antara simbol-simbol Paskah yang populer, anak domba adalah yang paling penting dalam perayaan agung ini. Anak Domba Paskah, yang melambangkan Kristus, dengan bendera kemenangan, dapat dilihat dalam lukisan-lukisan yang dipasang di rumah-rumah keluarga Eropa. Doa paling kuno untuk pemberkatan anak domba ditemukan dalam buku ritual abad ketujuh biara Benediktin di Bobbio, Italia. Dua ratus tahun kemudian Roma mempergunakannya dan sesudah itu, selama berabad-abad kemudian, menu utama santap malam Paus pada Hari Raya Paskah adalah anak domba panggang. Setelah abad kesepuluh, sebagai ganti anak domba utuh, disajikan potongan-potongan daging yang lebih kecil.
Tradiri kuno anak domba Paskah juga mengilhami umat Kristiani untuk menyajikan daging anak domba sebagai hidangan populer pada masa Paskah. Hingga sekarang, daging anak domba disajikan sebagai menu utama Minggu Paskah di berbagai daerah di Eropa timur. Tetapi, seringkali bentuk-bentuk anak domba kecil terbuat dari mentega, roti atau pun gula-gula menggantikan sajian daging anak domba, dan menjadi hidangan utama jamuan Paskah.
Di abad-abad yang silam, dianggap merupakan suatu tanda keberuntungan jika orang menjumpai anak domba, teristimewa pada masa Paskah. Merupakan takhayul populer bahwa iblis, yang dapat mengambil wujud segala macam binatang, tidak pernah diperkenankan menampakkan diri dalam wujud anak domba karena simbol religiusnya.
TELUR PASKAH
Telur Paskah berasal dari tradisi kesuburan kaum Indo-Eropa. Bagi para leluhur kita yang belum mengenal ajaran Kristiani, sungguh merupakan peristiwa yang menakjubkan menyaksikan suatu makhluk hidup yang baru muncul dari suatu obyek yang tampaknya mati. Bagi mereka, telur merupakan simbol musim semi. Di masa silam, di Persia, orang biasa saling menghadiahkan telur pada saat equinox musim semi, yang bagi mereka juga menandakan dimulainya tahun yang baru.
Pada masa Kristen, telur mendapatkan makna religius, yaitu sebagai simbol makam batu darimana Kristus keluar menyongsong hidup baru melalui Kebangkitan-Nya. Selain itu ada alasan yang sangat praktis menjadikan telur sebagai tanda istimewa sukacita Paskah, yaitu karena, dulu, telur merupakan salah satu makanan pantang selama Masa Prapaskah. Kaum beriman sejak awal telah mewarnai telur-telur Paskah dengan warna-warna cerah, meminta berkat atasnya, menyantapnya, serta memberikannya kepada teman dan sahabat sebagai hadiah Paskah.
Tradisi telur Paskah berkembang di antara bangsa-bangsa Eropa utara dan di Asia segera sesudah mereka masuk Kristen. Tetapi, di antara bangsa-bangsa Eropa selatan, dan dengan demikian juga di Amerika Selatan, tradisi telur Paskah tidak pernah menjadi populer.
Ritual Romawi mempunyai tata cara khusus untuk pemberkatan telur-telur Paskah:
“Kami mohon kepada-Mu, ya Tuhan, untuk menganugerahkan berkat-Mu atas telur-telur ini, menjadikannya makanan yang sehat bagi umat beriman, yang dengan penuh syukur menyantapnya demi menghormati Kebangkitan Tuhan kami Yesus Kristus.”
Pada abad pertengahan, menurut tradisi telur-telur dibagikan pada Hari Raya Paskah kepada semua pelayan. Terdapat catatan bahwa Raja Edward I dari Inggris (1307) memerintahkan agar 450 butir telur direbus menjelang Paskah, diberi warna atau dibungkus dengan daun keemasan, yang kemudian akan dibagi-bagikannya kepada seluruh anggota keluarga kerajaan pada Hari Raya Paskah.
Telur Paskah biasanya dibagikan kepada anak-anak sebagai hadiah Paskah bersama dengan hadiah-hadiah lain. Kebiasaan ini berakar kuat di Jerman di mana telur-telur disebut “Dingeier” (telur-telur yang “dihutang”). Anak-anak tidak berlambat dalam menuntut apa yang “dihutang” dari mereka, dan dengan demikian berkembanglah berbagai macam pantun di Perancis, Jerman, Austria dan Inggris, di mana anak-anak, bahkan hingga sekarang, menuntut telur-telur Paskah sebagai hadiah mereka. Berikut adalah salah satunya yang berasal dari Austria:
Kami menyanyi, kami menyanyi lagu Paskah:
Tuhan membuatmu sehat, kuat dan pintar.
Penyakit dan badai dan segala yang jahat
kiranya jauh dari kerabat, dan ternak dan ladang.
Sekarang, berilah kami telur,
yang hijau, yang biru dan yang merah;
jika tidak, anak-anak ayammu akan mati semuanya.
Di beberapa daerah di Irlandia, anak-anak mengumpulkan telur-telur angsa dan bebek sepanjang Pekan Suci, untuk diberikan sebagai hadiah pada Minggu Paskah. Sebelumnya, pada Minggu Palma, mereka membuat sarang-sarang kecil dari batu, dan sepanjang Pekan Suci mereka mengumpulkan sebanyak mungkin telur, menyimpannya dalam sarang-sarang batu mereka yang tersembunyi. Pada Minggu Paskah, mereka memakan semuanya, membaginya dengan anak-anak lain yang masih terlalu kecil untuk mengumpulkan telur-telur mereka sendiri.
Orang-orang dewasa juga memberikan telur-telur sebagai hadiah di Irlandia. Jumlah telur yang akan dihadiahkan ditentukan menurut peribahasa kuno di kalangan rakyat Irlandia: “Satu telur untuk pria sejati; dua telur untuk pria terhormat; tiga telur untuk yang miskin; empat telur untuk yang termiskin [pengemis].”
Di kebanyakan negara, telur-telur diberi warna polos dengan pewarna dari tumbuh-tumbuhan. Di kalangan orang Chaldean, Syria dan Yunani, kaum beriman saling menghadiahkan telur-telur berwarna merah demi menghormati darah Kristus. Di daerah-daerah di Jerman dan Austria, hanya telur-telur berwarna hijau saja yang dipergunakan pada Hari Kamis Putih, tetapi telur-telur yang berwarna-warni dipergunakan selama perayaan Paskah. Orang-orang Slavic membuat pola-pola istimewa dengan emas dan perak. Di Jerman dan di beberapa negara Eropa tengah, telur-telur yang dipergunakan untuk memasak hidangan Paskah tidak dipecahkan, melainkan ditusuk dengan jarum di kedua ujungnya, lalu isinya dikeluarkan dengan meniupnya ke dalam mangkok. Kulit-kulit telur kosong diberikan kepada anak-anak untuk dipergunakan dalam berbagai macam permainan Paskah. Di beberapa daerah di Jerman, kulit-kulit telur kosong tersebut digantungkan pada semak-semak dan pohon sepanjang Pekan Paskah, mirip pohon Natal. Orang-orang Armenia menghiasi kulit telur kosong mereka dengan gambar-gambar Kristus yang Bangkit, Bunda Maria, dan gambar-gambar religius lainnya, untuk diberikan kepada anak-anak sebagai hadiah Paskah.
Berbagai Permainan Menggunakan Telur
Masa Paskah merupakan masa bermain-main dengan telur di seluruh daratan Eropa. Lomba telur tumbuk dengan berbagai macam variasinya banyak dilakukan di Syria, Iraq, dan juga Iran. Di Norwegia, permainan itu disebut knekke (ketuk). Di Jerman, Austria dan Perancis, telur yang direbus keras digelindingkan di lapangan atau bukit dan saling diadu; telur yang tetap tak retak hingga akhir dinyatakan sebagai “telur kemenangan”. Permainan ini amat digemari di Amerika lewat pesta telur gelinding di lapangan Gedung Putih di Washington.
Tradisi umum lainnya di antara anak-anak adalah perlombaan mencari telur, baik di dalam rumah maupun di kebun pada hari Minggu Paskah. Di Perancis, anak-anak mendengarkan dongeng bahwa telur-telur Paskah dijatuhkan dari lonceng-lonceng gereja dalam perjalanan mereka kembali dari Roma. Di Jerman dan Austria, keranjang-keranjang kecil berisi telur, kue-kue serta permen diletakkan di tempat-tempat tersembunyi, dan anak-anak percaya bahwa kelinci Paskah, yang juga begitu populer di negeri ini, telah meletakkan telur-telur itu beserta permennya.
Di Rusia dan Ukrainia dan juga Polandia, orang memulai santapan Paskah mereka dengan penuh sukacita setelah masa puasa Prapaskah yang panjang dengan sebutir telur yang telah diberkati pada hari Minggu Paskah. Sebelum duduk makan, sang bapak akan dengan hati-hati membagikan sepotong bagian kecil dari telur Paskah kepada setiap anggota keluarga dan para tamu, sembari mengucapkan selamat berbahagia di hari yang kudus ini. Sebelum mereka memakan telur bagian mereka dalam keheningan, mereka tidak akan duduk untuk menyantap jamuan Paskah mereka.
KELINCI PASKAH
Kelinci Paskah berasal dari tradisi kesuburan masyarakat sebelum masa Kristiani. Kelinci merupakan binatang yang paling subur menurut para leluhur, karenanya kelinci dipergunakan sebagai simbol kehidupan baru yang melimpah di masa musim semi. Kelinci Paskah tidak pernah mempunyai makna religius dalam perayaan Paskah, meskipun dagingnya yang putih, kadang-kadang, dikatakan melambangkan kemurnian dan tanpa cela. Gereja tidak pernah memberikan pemberkatan istimewa bagi kelinci. Namun demikian, kelinci mendapat peran yang menyenangkan dalam perayaan Paskah sebagai tokoh legenda penghasil telur-telur Paskah bagi anak-anak di berbagai negara. Di berbagai daerah di Jerman, dipercaya bahwa kelinci Paskah meletakkan telur-telur merah pada hari Kamis Putih dan telur-telur berbagai macam warna pada malam sebelum Minggu Paskah. Kelinci-kelinci Paskah dalam bentuk kue-kue dan gula-gula mulai populer di Jerman selatan, dan sekarang kue dan gula-gula tersebut amat disukai anak-anak di berbagai macam negara.
BABI
Jangan melupakan si babi yang memberikan dagingnya sebagai hidangan dalam jamuan Paskah tradisional. Babi selalu melambangkan keberuntungan dan kemakmuran di kalangan orang-orang Indo-Eropa. Sisa-sisa pemakaian simbol kuno ini masih tetap hidup di jaman kita sekarang. Celengan anak-anak dalam bentuk babi misalnya, merupakan perwujudan dari tradisi kuno ini.
Merupakan tradisi yang diwariskan turun-temurun dari masa sebelum masa Kristiani, untuk makan daging babi dalam berbagai perayaan. Orang-orang Inggris dan Skandinavia menyantapnya, orang-orang Jerman dan Slavia menyantap daging babi panggang pada Hari Raya Natal. Juga, di berbagai wilayah di Eropa, daging babi panggang masih tetap merupakan jamuan utama tradisional dalam pesta pernikahan dan dalam perayaan-perayaan. Pada masa Paskah, ham asap, juga daging anak domba, menjadi santapan sebagian besar bangsa Eropa sejak masa silam, serta merupakan menu Paskah tradisional di berbagai wilayah.
adm/heribertussp
adm/heribertussp
Terang Paskah Untuk Kedamaian Bangsa
Minggu, April 24, 2011 |
Diposting oleh
Mudika St. Michael
Semarang. Di dalam sebuah pesantren, seorang kyai bertanya kepada para santrinya kapan matahari terbit. Satu persatu jawaban dilontarkan oleh para santri yang dinilai sang kyai masih belum tepat. Mulai dari matahari terbit di pagi hari hingga saat mendengar azan untuk shalat subuh, semua jawaban yang kata pak kyai belum benar. Menurut dia, matahari terbit justru ketika hati kita penuh dengan kasih dan ketika mata bisa melihat saudara-saudari kita, sesama tanpa pandang bulu apa suku, agama dan ras. Ketika itulah matahari telah terbit dan menyinari hati kita.
Kisah ini merupakan mimpi Uskup Agung Semarang, Mgr Johannes Pujasumarta yang disampaikan kepada selurut umat saat homili Minggu Paskah untuk anak dan keluarga di Gereja St Petrus Sambiroto Jalan Arum Sari Semarang, Minggu (24/4). Ekaristi pada Minggu Paskah kali ini memang spesial karena kedatangan romo uskup dan ratusan anak-anak turut diberkati secara langsung setelah misa berakhir.
Uskup berpesan kepada keluarga untuk mengikuti perjamuan Ekaristi bersama dengan anak-anak dan antargenerasi agar sejak dini anak diajarkan untuk mewarisi nilai-nilai gereja Katolik. Bahkan sejak dari kandungan pun, anak sudah bisa menerima nilai yang ditanamkan orangtua.
''Anak itu seperti alat perekam yang sungguh peka mudah untuk merekam hal baik dan buruk yang ditanamkan orangtuanya. Selalu saja katakan You are My Sunshine kepada anak, suami kepada istri dan sebaliknya betapa kita mengasihi mereka,'' ujar Romo uskup.
Upacara Cahaya
Sebelumnya, pada Sabtu (23/4) malam Paskah, ribuan umat Kristiani sudah memadati sejumlah gereja untuk mengikuti perayaan Paskah yang juga diwarnai dengan upacara cahaya sebagai tradisi umat Katolik. Di Gereja Hati Kudus Yesus Tanah Mas Semarang. Sedikitnya 1.300-an umat Kristiani mengikuti upacara cahaya yang merupakan wujud kenangan cahaya Kristus yang bangkit dari alam maut.
Kali ini penyalaan lilin ditujukan demi terwujudnya kedamaian untuk bangsa mengingat situasi bangsa Indonesia belakangan masih diselimuti dengan kegelapan. Pastur paroki Romo Aloysius Budi Purnomo Pr mengungkapkan, berbagai kejadian kekerasan yang terjadi menjadikan bangsa ini berada di lingkaran kegelapan.
''Ini menjadi sebuah keprihatinan karena kekerasan terus dilakukan termasuk juga situasi sosial dan politik yang terjadi. Terang dari lilin Paskah untuk perdamaian ini nantinya semoga bisa memberikan terang kepada situasi kegelapan yang dialami bangsa,'' jelas Romo Budi.
Sementara itu, upacara cahaya juga mengawali perayaan Malam Paska di Gereja Katedral Randusari yang dipimpin Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Pujasumarta. Misa yang dimulai pukul 18.00 WIB ini dipenuhi dengan ribuan umat yang meluber hingga ke samping kanan kiri dan halaman depan gereja.
Menurut romo uskup, ia ingat dengan peringatan seorang yang arif yang mengatakan untuk berhati-hati karena kekuasaan itu cenderung korup dan kekuasaan mutlak bisa merusak para pelaku. Inilah kekuasaan yang bisa disalah artikan dan disalahgunakan.
Sebab di tangan orang-orang bodoh, kekuasaan bisa bergeser dan berubah menjadi kekerasan dan hal itu sudah menjadi masalah sejak dulu hingga sekarang. ''Dalam sejarah keselamatan ditemukan berkali-kali bahwa kekuasaan Allah yang memberikan kehidupan tetap bisa memulihkan lagi perjanjian yang diberikan kepada manusia. Ketika keutuhan ciptaan diremuk oleh dosa-dosa manusia, Allah memulihkannya,'' lanjut Mgr Pujasumarta.
JUMAT AGUNG, Puncak Karya Yesus
Jumat, April 22, 2011 |
Diposting oleh
Mudika St. Michael
Yesus bukanlah martir, Dia bukanlah korban keadaan yang tidak menguntungkan, Dia mati karena alasan yang layak. Dia juga tidak wafat hanya untuk memberikan teladan yang baik. Ada hal yang jauh lebih berarti dari semua itu. Tuhan Yesus datang ke dunia ini untuk menjadi Juruselamat bagi kita semua!
Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Siapakah yang hilang? Yaitu semua orang telah berbuat dosa dan bahwa upah dosa adalah maut. Untuk menyelamatkan dunia, Yesus harus mati untuk itu. Dia datang dan hidup kudus, dan menanggung kematian yang seharusnya menjadi bagian kita.
adm/heribertussp
adm/heribertussp
KAMIS PUTIH, Teladan Yesus Sebagai Hamba
Kamis, April 21, 2011 |
Diposting oleh
Mudika St. Michael
Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.
Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia.
Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.
Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: “Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.”
Kata Petrus kepada-Nya: “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Jawab Yesus: “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” Kata Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!” Kata Yesus kepadanya: “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.” Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: “Tidak semua kamu bersih.”
Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.
Injil Yohanes 13:1-15
====================
Pengantar
Kita tidak asing lagi apabila melihat seorang pembantu rumah tangga. Pembantu rumah tangga ini bekerja kepada tuan atau majikannya. Ia mulai bekerja dari pagi hingga sore hari. Biasanya ia melakukan pekerjaan, seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Bahkan, ada juga orang yang mengasuh anak majikannya. Pada kenyataannya, kita kurang memperhatikan kiprah seorang pembantu rumah tangga. Kita cenderung untuk meremehkannya. Padahal, betapa repotnya kita ketika mereka mudik dan kita harus mengganti pekerjaan mereka. Bila kita renungkan, pekerjaan mereka kecil, tetapi memiliki dampak besar dalam kehidupan kita. Tanpa kehadiran seorang pembantu rumah tangga, rumah takkan tertata dengan baik.Yesus mengangkat peran pembantu untuk menunjukkan tanda kasih-Nya kepada kita. Kita harus belajar dari Yesus untuk menjadi hamba dan pelayan bagi sesama kita.
Yesus Membasuh Kaki Para Murid
Dalam Injil yang kita dengarkan hari ini, Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. Mengapa Yesus melakukan perbuatan itu? Bukankah hal itu adalah tindakan hamba kepada tuannya? Pembasuhan kaki adalah tanda kasih Yesus kepada murid-murid-Nya sampai kesudahannya.
Kapan pembasuhan kaki itu terjadi? Sebelum hari raya paskah, Yesus makan bersama murid-murid-Nya. Ia tahu, saat-Nya akan tiba, Dia akan beralih dari dunia ini dan akan kembali ke Bapa. Dia mengasihi murid-murid-Nya hingga sampai kesudahan-Nya. Karena itu, Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya sebagai sesuatu yang harus dilaksanakan agar mereka bisa mengambil bagian dalam Dia. Pembasuhan kaki adalah tindakan kasih Yesus yang mau menjadi hamba bagi murid-murid-Nya.Hanya dengan menerima kasih-Nya yang mau menjadi hamba itu, kita akan mengambil bagian dalam Dia, artinya dalam kemuliaan-Nya. Kasih pembasuhan kaki itu adalah jalan kepada Yesus dan kepada kemuliaan-Nya.
Pembasuhan kaki menunjukkan makna perjamuan terakhir atau perjamuan paskah pada Perayaan Kamis Putih hari ini. Mengapa? Sebab, pada umumnya orang sulit, gengsi, sok jual mahal untuk merendahkan diri seperti hamba kepada tuannya. Kita ini angkuh, sombong, merasa diri benar, dan mudah meremehkan yang lain. Sebaliknya, makna pembasuhan kaki ini memperlihatkan bahwa perayaan Paskah yang kita buka secara meriah pada malam ini adalah perayaan kasih Yesus yang merendahkan diri untuk menjadi hamba kita semua. Dia hadir di tengah-tengah kita sebagai hamba. Merayakan Paskah berarti menerima kasih Yesus sebagai hamba dan hanya dengan menerimanya kita mengambil bagian dalam Yesus.
Itulah sebabnya, orang tidak perlu merasa takut atau khawatir menerima kasih Yesus sebagai hamba. Sebab, pembasuhan kasih merupakan tanda cinta Yesus kepada kita semua sampai kepada kesudahannya. Hanya dengan menerima kasih Yesus sebagai hamba, kita akan mengambil bagian dalam hidup Yesus.
Para murid Yesus Harus Saling Membasuh Kaki
Oleh karena itu, para murid Yesus wajib saling membasuh kaki. Karena, Yesus telah memberikan teladan membasuh kaki murid-murid-Nya. Maka, tidak hanya para murid yang bersama Yesus wajib membasuh kaki. Tetapi, kita yang telah percaya kepada Yesus dan menjadi murid-Nya wajib saling membasuh kaki sesama kita.
Setelah Yesus membasuh kaki para murid, Dia menjelaskan perbuatan-Nya itu. Kita dapat mengatakan bahwa penjelasan ini merupakan suatu tambahan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti, tetapi rasanya lebih memperhatikan aspek moralnya. Penjelasan ini dibuka dengan pertanyaan yang bersifat retorik. Fungsinya hanya untuk mengantar kepada penjelasan. Tindakan-Nya itu adalah teladan. Jika Dia yang mereka panggil dengan sebutan Guru dan Tuhan sudah melakukan hal itu kepada mereka, maka, kesimpulannya sudah sangat jelas. Para murid Yesus harus saling membasuh kaki.
Bukan hanya para murid yang bersama Yesus harus saling membasuh kaki. Tetapi, sesungguhnya kita yang menyebut Yesus dengan sebutan Guru bahkan Tuhan harus mengikuti teladan-Nya. Kita harus saling membasuh kaki. Maksudnya, kita harus menghadirkan kasih Yesus sebagai hamba kepada sesama kita. Jelas, sesama kita tidak hanya orang yang kita kenal, pribadi-pribadi yang kita sukai, dan sahabat-sahabat satu agama dan satu golongan. Melainkan sesama kita adalah siapa saja tanpa memandang suku, agama, ras, atau antar golongan. Memang tidak mudah? Namun, kita sadar bahwa Yesus telah memberikan teladan sehingga kita dapat melakukannya.
Memang, harus diakui bahwa tindakan untuk saling membasuh kaki tidak mudah. Sebab, kita harus siap dan rela menjadi hamba bagi sesama kita. Namun, kita sadar bahwa Yesus telah memberikan teladan sehingga kita dapat melakukannya.
Penutup
Ternyata, teladan Yesus membasuh kaki para murid tidak mudah kita lakukan. Hal ini disebabkan kita harus berani menerima kenyataan bahwa Yesus menjadi hamba atau pelayan kita semua. Tidak hanya itu, kita pun harus rela menjadi hamba dan pelayan bagi yang lain. Suatu tugas dan tanggung jawab tidak mudah! Akan tetapi, bila kita menolaknya, itu berarti kita tidak akan mengambil bagian dalam hidup Yesus. Maka, hanya dengan menempuh jalan kasih sebagai hamba, pelayan bagi sesama kita, kita akan masuk dalam kemuliaan Yesus. Semoga!
Minggu Palma, Minggu Telapak Tangan
Minggu, April 17, 2011 |
Diposting oleh
Mudika St. Michael
Minggu, 17 April 2011, di Gereja Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci, Semarang perayaan Minggu Palma dimulai pada jam 08.00 dengan upacara perarakan dengan daun palma. Upacara pemberkatan daun palma dilaksanakan di Taman Doa gereja Katedral, dan dilanjutkan dengan prosesi melewat jalan besar menuju gereja Katedral.
“Palma” kata bahasa Latin, dalam bahasa Inggris “palm” berarti "telapak tangan". Kata itu kemudian digunakan untuk nama pohon yang berdaun seperti telapak tangan, maka dikenallah nama pohon palma.
Dalam Kitab Suci tersimpan peristiwa Yesus dielu-elukan oleh rakyat ketika Ia masuk kota Yerusalem. Peristiwa itu masuk dalam liturgi Gereja baru pada akhir abad ke empat AD; dan kemudian sejak abad ke sepuluh mendapat bentuk seperti dilaksanakan oleh umat Kristiani sampai sekarang. (Lh. http://www.faithclipart.com/guide/Christian-Holidays/what-is-palm-sunday.html).
Kalau palma berarti telapak tangan, maka Minggu Palma dapat disebut juga dengan “Minggu Telapak Tangan”. Dengan kedua tangan kita kita mengungkapkan diri kita. Kita bersyukur pada waktu ini dengan tangan-tangan kita, kita masih dapat memotong daun-daun palma untuk upacara perarakan. Semoga tahun depan kita masih dapat juga dengan tangan-tangan kita memotong daun palma. Kalau kita memotong daun palma, sebenarnya kita berkewajiban untuk melestarikan pohon-pohon palma yang hidup di sekitar kita. Tugas kitalah menghijaukan bumi kita dengan penanaman pohon, untuk mengatasi bahaya pemanasan gobal.
Mengawali masa Pra Paska kita menerima abu pada dahi kita, sebagai tanda pengingat bahwa kita berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah. Abu tersebut terbuat dari daun-daun palma kering yang dibakar, daun-daun palma yang kita gunakan pada perayaan Minggu Palma ini. Pada daun palma tersimpan peziarahan hidup kita dari tanah kembali menjadi tanah. Peziarahan menuju Yerasalem baru itulah yang kita peragakan dengan perarakan kita memasuki gereja Katedral.
Dengan perayaan Minggu Palma kita memasuki Minggu Sengsara, yang akan memuncak pada Minggu Paska Kebangkitan Tuhan. Pada liturgi Sabda kita dengarkan kisah sengsara Tuhan. Kita dengarkan lagi kisah tangan-tangan manusia, yang dalam hitungan menit mudah berubah dari melambai-lambaikan daun palma menjadi tangan-tangan yang menangkap Tuhan, melukai tubuh-Nya, mencabuti jenggot-Nya. Dengan tangan pula mahkota duri kita pasang pada kepala Tuhan. Lalu dengan tangan-tangan kita tancapkan paku-paku pada telapak tangan-Nya yang kudus.
Kisah sengsara Tuhan tersimpan dalam telapak tangan kita dengan jari-jari kita yang memerankan pelaku-pelaku peristiwa tersebut. Yesus Kristus yang bertumbuh menjadi unggul, yang menghimpun beberapa orang menjadi murid-murid-Nya, dan memikat banyak orang karena keunggulan-Nya dalam kebaikan, ditolak orang orang-orang Farisi, para ahli Taurat, Mahkamah Agama, yang berkehendak memusnahkan hidup-Nya. Namun, Allah Bapa-Nya membenarkan-Nya. Hidup-Nya tidak musnah. Dan pada peristiwa kematian di kayu salib terungkalah iman kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus, yang berkata dengan mengacungkan kedua ibu jari mereka, "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." (Mat 27: 54)
Telapak tangan dengan jari-jemari kita menyimpan kisah sengsara Tuhan, kisah keselamatan kita. Marilah kita belajar kearifan dari telapak tangan kita. Selamat ber-Hari Minggu Palma, Hari Minggu Telapak Tangan.
Salam, doa ‘n Berkah Dalem,
Semarang, 17 April 2011
+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang
The bridgemaster and his son
Jumat, April 15, 2011 |
Diposting oleh
Mudika St. Michael
Sebuah cerita tentang seorang ayah yang sangat menyayangi anaknya. Dia bekerja sebagai Bridgemaster (Penjaga jembatan rel kereta api). Sehari-hari dalam pekerjaannya, anaknya selalu menemaninya. Anaknya sangat senang melihat kereta, begitu juga dengan orang-orang yang berada didalamnya, orang-orang yang kesepian, pemarah, egois, sakit dan kecanduan.
Pada suatu hari, ayah tersebut mendapat perintah untuk mengangkat jembatan guna memberi jalan sebuah kapal yang melewati sungai di bawah jembatan. Kemudian dia mendorong tuas untuk mengangkat jembatan tersebut. Jembatan terangkat perlahan dan kapal itu pun lewat di bawahnya.
Sementara sebuah kereta yang melaju kencang dan dipenuhi ratusan penumpang terlihat dari kejauhan. Sang anak melihat hal itu dan mengetahui kereta tersebut akan menabrak jembatan jika jembatan tidak segera diturunkan. Kemudian, dia melihat kearah pos kerja ayahnya dan memanggil-manggil ayahnya. Tetapi, ayahnya tidak berada di posnya. Anak itu tanpa pikir panjang, segera berlari kearah panel kontrol yang berada diruang mekanik jembatan. Dia kemudian membuka pintu palka dan berusaha mendorong tuas dari atas untuk menurunkan jembatan rel kereta.
Tak lama, ayahnya kembali ke pos hendak menurunkan jembatan yang ternyata telah menyadari kedatangan kereta tersebut dan memandang keluar untuk melihat anaknya. Dia heran melihat anaknya tidak berada ditempat bermainnya dan berusaha mencari keberadaannya sedangkan kereta sudah mendekat. Ketika melihat kearah jembatan, dia melihat anaknya terjatuh ke dalam ruang mekanik jembatan ketika hendak mendorong tuas pengendali. Sang ayah kaget seketika dan berteriak-teriak memanggil anaknya, sedangkan kereta melaju mendekati jembatan. Dia menyadari kalau ia menurunkan jembatan, anaknya akan hancur terjepit oleh jembatan itu. Pria itu serba salah, bingung dengan situasinya, dihadapkan pada pilihan yang serba sulit. Dia terus memanggil anaknya tapi tak kuasa meninggalkan posnya sedangkan kereta sudah mendekat dalam hitungan detik. Dia harus segera mengambil keputusan yang sangat berat, akankah dia membiarkan orang orang didalam kereta mati atau menarik tuas dan membiarkan anaknya terjepit oleh jembatan? Sang ayah sangat frustasi dengan kondisi yang dihadapinya.
Ia merelakan anaknya, demi keselamatan semua orang dalam kereta, meskipun hal itu tidak diinginkannya, mengorbankan anaknya yang terkasih.
Keselamatan dari semua diperlukan pengorbanan yang paling terkasih.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3 : 16
adm/heribertussp
Kesuksesan
Kamis, April 14, 2011 |
Diposting oleh
Mudika St. Michael
Ada beragam definisi kesuksesan. Bagi sebagian orang, kesuksesan adalah kondisi ketika seseorang sudah memiliki uang dan harta dalam jumlah tertentu. Atau, jika sudah memiliki pengikut setia yang banyak. Atau, jika berhasil menjadi yang terbaik dalam bidang tertentu. Atau, jika sudah memiliki keluarga yang harmonis. Bermacam definisi ini muncul, tergantung pada tata nilai dan latar belakang seseorang. Namun, secara umum kesuksesan kerap diukur berdasarkan pencapaian atau buah yang diperoleh.
Definisi kesuksesan bagi Tuhan, khususnya dalam konteks panggilan-Nya kepada Yesaya, beda dengan yang umumnya manusia pegang. Hari ini kita membaca bagaimana Yesaya diutus untuk menyampaikan firman Tuhan kepada bangsa Israel. Uniknya, Tuhan sudah mengatakan bahwa Israel tidak akan memedulikan Yesaya. Pelayanan Yesaya akan tidak berbuah. Dengan kata lain, berdasarkan definisi umum, Yesaya akan gagal. Namun demikian, Tuhan tetap menyuruh Yesaya menjalani panggilan-Nya tersebut dan hanya memintanya setia. Itulah arti kesuksesan bagi Tuhan, yaitu setia kepada panggilan-Nya sampai akhir, bagaimanapun beratnya situasi.
Definisi kesuksesan ini penting kita miliki dalam menjalani hidup. Tuhan tidak menuntut kita memiliki pencapaian yang spektakuler. Atau, tampak terpandang di mata orang-orang. Karenanya, jangan malu kalau kita tampak ”kalah” berprestasi dibandingkan orang lain. Jangan pula tergoda mengambil jalan pintas yang tidak sesuai firman-Nya, hanya agar dipandang berhasil oleh dunia. Melainkan, berusahalah dinilai sukses oleh Tuhan dengan terus berusaha setia kepada panggilan-Nya.
BAGI TUHAN KESUKSESAN KITA TERUTAMA DIUKUR DARI KESETIAAN KITAadm/heribertussp
Salibku
Rabu, April 13, 2011 |
Diposting oleh
Mudika St. Michael
Dalam perjalanan hidupku suatu kali aku mengeluh kepada Tuhan Yesus. "Yesus... mengapa harus kupanggul salib yang berat dalam hidupku...". Lalu Tuhan pun menjawabku dengan lembut. "Kalau begitu, ayo kita jalan-jalan. Aku akan mengajakmu untuk memilih salib mana yang ingin kau pikul". Lalu Tuhanpun mengajakku ke suatu ruangan yang penuh dengan salib-salib kayu dengan berbagai ukuran. Tuhan berkata "Letakkan salibmu di pojok ruangan itu dan pilihlah salib yang kauinginkan".
Akupun berjalan mengitari ruangan itu dan melihat semua salib yang ada. Pandanganku kemudian terpaku pada salib yang paling besar di ruangan itu. "Itu salib siapa, Tuhan ?" tanyaku. "Itu adalah salibKu yang menjadikan penebusan bagi segala dosa manusia. Apa itu yang akan kaupilih?". jawabku, "Wah, tentu saja tidak Tuhan, mana kuat aku membawanya, Aku pilih yang dipojok ruangan itu saja Tuhan. Itu salib yang terkecil yang ada di ruangan ini". Tuhan Yesus pun tersenyum dan berkata "Bukankah itu salibmu yang tadi kau letakkan di pojok ruangan ini? Ketahuilah anakku, salib yang kau pikul tidak akan memberikan pencobaan lebih dari kemampuanmu karena Aku sangat mencintaimu, Syukurilah salibmu dan ikutlah Aku". Maka aku pun pulang, dengan sukacita dan imanku telah diselamatkan.
adm/heribertussp
adm/heribertussp
Langganan:
Postingan (Atom)